Nikah Muda

Banyak orang bilang “Orangtua gue dulu nikah muda baik-baik aja tuh. Buktinya langgeng sampai sekarang.” Asumsi ini yang menjadi landasan banyak orang untuk menikah muda. Padahal Anda jangan sesekali menyamakan pernikahan zaman dahulu dengan sekarang karena kondisinya sangat berbeda.

Orang-orang zaman dulu, baik orangtua Anda atau kakek-nenek Anda, adalah orang yang terpaksa dewasa. Mereka hidup di masa sulit sehingga mereka harus bekerja ekstra keras di usia muda. Kakek Anda barangkali sudah berjualan jajanan ketika masih kecil, merantau jauh ketika usianya masih belasan tahun, melakukan pekerjaan-pekerjaan berat, dan sebagainya. Nenek Anda barangkali sudah belajar masak dari kecil, ikut membantu pekerjaan orangtuanya di sawah, menimba air sumur, ikut berjualan di pasar, dan sebagainya.

Masa sulit itu pula yang memaksa mereka untuk menikah muda. Pernikahan dianggap sebagai jalur yang meringankan beban mereka, setidaknya ada yang membantu bekerja dan anak-anak yang lahir nanti bisa ikut membantu pekerjaan juga. Banyak orang bilang “Orangtua gue dulu nikah muda baik-baik aja tuh. Buktinya langgeng sampai sekarang.” Asumsi ini yang menjadi landasan banyak orang untuk menikah muda. Padahal Anda jangan sesekali menyamakan pernikahan zaman dahulu dengan sekarang karena kondisinya sangat berbeda.

Orang-orang zaman dulu, baik orangtua Anda atau kakek-nenek Anda, adalah orang yang terpaksa dewasa. Mereka hidup di masa sulit sehingga mereka harus bekerja ekstra keras di usia muda. Kakek Anda barangkali sudah berjualan jajanan ketika masih kecil, merantau jauh ketika usianya masih belasan tahun, melakukan pekerjaan-pekerjaan berat, dan sebagainya. Nenek Anda barangkali sudah belajar masak dari kecil, ikut membantu pekerjaan orangtuanya di sawah, menimba air sumur, ikut berjualan di pasar, dan sebagainya.

Masa sulit itu pula yang memaksa mereka untuk menikah muda. Pernikahan dianggap sebagai jalur yang meringankan beban mereka, setidaknya ada yang membantu bekerja dan anak-anak yang lahir nanti bisa ikut membantu pekerjaan juga.

Bandingkan dengan kehidupan Anda sekarang. Manusia modern adalah manusia yang sulit sekali dewasa karena hidupnya lebih santai. Ketika kakek Anda sudah mencangkul sawah di usia 17 tahun, Anda masih tertawa-tawa sambil menonton Youtube di usia yang sama. Ketika nenek Anda sudah belajar memasak ketika masih sekolah, sekarang Anda tinggal memesan makanan lewat aplikasi kalau lapar. Zaman dulu tidak ada yang namanya nongkrong cantik di kafe, main Playstation, bikin konten TikTok, dan kegiatan-kegiatan santai lainnya. Anda bisa dikatakan tidak pernah menemui masalah berat seperti yang orangtua dulu alami.

Jika Anda ngotot menikah muda, mental Anda akan kaget ditimpa masalah-masalah rumah tangga yang ternyata beratnya bukan main. Anda yang terbiasa hidup santai tiba-tiba harus kerja banting tulang untuk membayar cicilan rumah, pendidikan anak, membeli makanan yang bergizi untuk keluarga, mengirim uang bulanan ke orangtua yang sudah pensiun, konflik dengan saudara pasangan, dan masalah-masalah keluarga lainnya.

Kalau kedua pihak sama-sama tidak mampu menghadapi puluhan masalah itu, kehidupan pernikahan Anda kemungkinan besar tidak berlangsung lama. Bila pun dipaksa bersama, perjalanannya akan sangat menyiksa karena setiap hari dihujani konflik yang tidak juga selesai.

Selagi masih muda, Anda jangan langsung terjun bebas ke pernikahan. Penuhi dulu kehidupan Anda dengan pengalaman-pengalaman sehingga pola pikir Anda jadi lebih dewasa, sanggup berpikir jangka panjang, dan bisa memikirkan solusi yang tidak merugikan Anda dan pasangan nantunya. Yang tidak kalah penting, berusahalah memperbaiki finansial sehingga keluarga Anda nantinya hidup berkecukupan, bukan hidup dari pinjaman ke pinjaman.

Comments

Popular posts from this blog

Siscon (Sister Complex)

Mantan yang hadir kembali (fanspage talk's)