ABSTRAK
Karya : Lusi Anggani Putri
Ilustration: Abstrak |
Seperti air...
Yang kan menenggelamkan ku ,
Semakin ku melawan ,
Semakin cepat pula
Diriku terhanyut tenggelam.
Bagai badai..
Menerpa tubuh mungilku , wussh~
Semakin ku memelas ,
Di saat itu tubuhku melemas.
Dan ku yakin ,
Semakin jauh tubuhku terhempas.
Seperti tanah..
Yang menelan akar ,
Memupuknya agar tetap tegar ,
Agar diriku berdiri berpijak .
Namun disitu ,
Saat diri memenjarakanya.
Tak memberi kesempatn , walau tuk sejenak.
Aku mencintainya ,
Namun saat itu aku membenci dirinya.
Aku ingat slalu dirinya ,
Namun disitu ,
Aku pun susah payah melupakannya.
Bukankan cinta tak harus d ucap ?
Aku punterbimbing dengan larik itu.
Aku percaya ,
Cinta tak selamanya kata syang.
Bagiku ..
Cinta sebuah kebencian yang mendampinginya.
Bagiku ..
Cinta sebuah kata benci ,
Yang patut berevolusi.
Dan kenapa ??
Di saat ku memberi tuba ,
Smua hanya meludahinya ,
Tak memberi sdikit makna.
Bukankah , semua yang di beri ,
Tak meski di lihat dari isi ??
Namun lihat dari keikhlasan hati.
Aku tak tau ,
Untk siapa ku suguhkan ini ?
Yang ku tahu ,
Ini sebuah pahit kenyataan ,
Yang sangat mengagumkan .
Mencintai dan membenci.
Mencintai dirinya yang tiada ,
Membenci akan ketiadaannya.
Aku sadar mencintainya ,
Namun secara tak sadar ,
Hati ini telah berdusta .
Aku paham dengan semuanya
Namun ku tak mengerti ,
Betapa rumit rasa ini.
Seperti halny simponi ,
Yang terlukis , namun sulit di mengerti .
Tak memiliki nilai yang berarti ,
Namun sejuta makna ,
Kan terkuak nanti.
Yang kan menenggelamkan ku ,
Semakin ku melawan ,
Semakin cepat pula
Diriku terhanyut tenggelam.
Bagai badai..
Menerpa tubuh mungilku , wussh~
Semakin ku memelas ,
Di saat itu tubuhku melemas.
Dan ku yakin ,
Semakin jauh tubuhku terhempas.
Seperti tanah..
Yang menelan akar ,
Memupuknya agar tetap tegar ,
Agar diriku berdiri berpijak .
Namun disitu ,
Saat diri memenjarakanya.
Tak memberi kesempatn , walau tuk sejenak.
Aku mencintainya ,
Namun saat itu aku membenci dirinya.
Aku ingat slalu dirinya ,
Namun disitu ,
Aku pun susah payah melupakannya.
Bukankan cinta tak harus d ucap ?
Aku punterbimbing dengan larik itu.
Aku percaya ,
Cinta tak selamanya kata syang.
Bagiku ..
Cinta sebuah kebencian yang mendampinginya.
Bagiku ..
Cinta sebuah kata benci ,
Yang patut berevolusi.
Dan kenapa ??
Di saat ku memberi tuba ,
Smua hanya meludahinya ,
Tak memberi sdikit makna.
Bukankah , semua yang di beri ,
Tak meski di lihat dari isi ??
Namun lihat dari keikhlasan hati.
Aku tak tau ,
Untk siapa ku suguhkan ini ?
Yang ku tahu ,
Ini sebuah pahit kenyataan ,
Yang sangat mengagumkan .
Mencintai dan membenci.
Mencintai dirinya yang tiada ,
Membenci akan ketiadaannya.
Aku sadar mencintainya ,
Namun secara tak sadar ,
Hati ini telah berdusta .
Aku paham dengan semuanya
Namun ku tak mengerti ,
Betapa rumit rasa ini.
Seperti halny simponi ,
Yang terlukis , namun sulit di mengerti .
Tak memiliki nilai yang berarti ,
Namun sejuta makna ,
Kan terkuak nanti.
Comments
Post a Comment
Terimakasih... Atas koment yang kamu berikan. Ini membantu sekali untuk memotivasi kami untuk lebih baik lagi.
Salam Cinta Tari & Very