Keyakinan Cinta

Ilustration: Keyakinan Cinta
Tanya:
Sebelum menulis ini, aku berkali-kali mencoba berpikir lebih objektif dengan mendahulukan logika ku daripada emosi, tapi ternyata susah karena aku yang berada di posisi ini, jadi maaf kalau terdengar cengeng. Mungkin masalahku ini sedikit banyak tidak jauh berbeda dengan apa yang teman teman lain pernah alami, aku pun sudah mencoba mencerna dan merenungkan beberapa masukan yang baik dari teman-teman semua, di beberapa thread yang mirip2 dengan masalah yang akan aku ceritakan, tapi akhirnya aku memutuskan untuk menulis ini…
Buat yang mau mendengarkan dan memberi masukan, terimakasih banyak, maaf ga bisa kasih apa-apa..
Langsung Saja.....
Saat ini aku berpacaran dengan seorang laki-laki kurang lebih sudah setahun. Sebagai gambaran, aku adalah seorang perempuan berumur 24 tahun, sudah bekerja 2 tahun. Dan pacarku adalah seorang laki-laki berumur 23 tahun dan baru bekerja beberapa bulan belakangan ini. Mungkin ini karena diriku yang memang lulus cukup cepat, dan pacarku yang kebetulan harus menunggu setahun dulu setelah lulus SMA untuk dapat kuliah.
Ketika awal berpacaran, memang kami sempat terpikir apakah perbedaan umur kami akan menjadi permasalahan, apalagi selain perbedaan umur, dunia kami juga sudah berbeda, dia masih kuliah dan aku sudah bekerja. Ada ketakutan akan dirinya yang lebih kekanak-kanakan dan aku yang lebih dewasa, padahal dia laki-laki. Namun Alhamdulillah, kami membangun hubungan kami sebagai tim. Ya… intinya kami saling mendukung, ada kalanya aku yang lebih dewasa dan ada kalanya dirinya yang lebih dewasa, masalah umur ini dapat kami atasi.

Pacaran kami pun cukup sehat dan berjalan baik. Kita dapat saling menerima kekurangan kami, dia pun mengerti kondisi keluargaku yang memang kurang harmonis, tidak broken home, tapi memang banyak masalah. Niat pacaran kami pun serius agar dapat ke jenjang pernikahan. Dari awal, ketika dia mendekati aku, aku sudah berkata bahwa aku maunya pacaran serius ke jenjang pernikahan dia pun menyetujuinya. Hanya saja, dia jujur bahwa dia tidak siap bila harus menikah dalam waktu dekat. Pada awalnya dia ragu, katanya bukan ragu pada diriku, dia menginginkan aku yang dapat menjadi pendampingnya. Tapi, meragukan dirinya. Apakah dia siap, dalam waktu dekat kalau untuk menikah di usia muda. Namun, dalam perjalanan kami, dia pun menyatakan siap dan kita sudah merencanakan keseriusan hubungan kami. Rencananya setahun ini kami berdua akan menabung, setelah itu kita mulai mempersiapkan pernikahan. Dirinya pun seorang pacar yang sangat baik, sangat menerima kekuranganku dan mengerti diriku. Dirinya yang lebih banyak sabar akan tingkahku yang terkadang menyebalkan.
Aku pun sudah cukup kenal dan dekat dengan keluarganya dan orangtuanya sudah menerimaku. Pacarku pun sudah kenal dengan saudara-saudaraku. Hanya, memang belum kenal dengan bapakku. Karena dia ingin, datang ke rumah, kalau sudah mendapatkan pekerjaan. Sebagai gambaran, bapakku ini orangnya sangat saklek (sesuatu yang tidak bisa ditawar-tawar lagi, tidak bisa dibantah, bersifat mutlak harus dilakukan) dan keras dalam masalah agama. Sebenarnya bapakku ini ingin, punya calon menantu yang minimal mendekati level ustadz. Hanya saja dirinya tidak dapat memaksa ku untuk menuruti keinginannya. Karena, dia sudah pernah mengatakan siapa pun pilihanku, beliau akan terima. Lagipula, mungkin dirinya takut aku kabur dari rumah lagi, karena perbedaan pendapat dan jauh berbedanya jalan pikiran kami. Bukan hanya aku yang tidak sejalan dengannya. Namun, hampir seisi rumah. Pacarku pun sudah tahu akan hal ini. Tapi, kita berdua berniat untuk mencoba dan berusaha dulu.
Pada kenyataannya memang, bapakku benar-benar menolak dan tidak setuju pada pacarku. Intinya karena tidak sesuai dengan kriterianya yang pengen calon menantunya seperti ustadz yang jujur. Aku tidak mau bersuami kan ustadz. Karena, aku berkaca dan mengukur diriku sendiri. Mungkin, bapakku tidak menyatakan langsung kekecewaannya padaku. Tapi, semua terlihat dari sikap bapakku yang mengacuhkan dan meremehkan pacarku. Alasan lain yang menjadi pertimbangan bapakku adalah, masalah umur, apakah pacarku yang "lebih muda" dariku, mampu mendidik dan memimpin keluarga kami nantinya??
Pertanyaanku, apakah kami harus berjuang demi hubungan kami karena yang ditakutkan adalah bapakku sakit karena terlalu memikirkan kekecewaannya akan pilihan diriku? Ya, bapakku memang punya sakit darah tinggi dan vertigo, dan seringkali kambuh karena banyak pikiran, dan baik aku dan pacarku tidak mau bapakku sakit gara-gara masalah ini. Namun, di luar hal tersebut, jelas sampai kapan pun akan sulit bila aku harus menyesuaikan pilihan calon pendamping hidupku yang minimal mendekati ustadz karena aku tahu siapa diriku dan bagaimana hidupku.
Yang kedua, sekarang sebenarnya sudah mulai terlihat "harapan" di mana bapakku berkata dirinya akan ikhlas menerima siapa pun pilihanku. Walaupun kecewa dan masih berat jalannya untuk kami. Bapakku kadang suka tidak konsisten dengan perkataannya. Kami berdua harus menunjukkan keseriusan kami, ya.. it’s all about process. Ibuku yang mendukung diriku “menasehati” bapak, agar dirinya tidak berpikiran sempit. Bahwa orang yang berilmu agama tinggi selalu orang yang baik secara akhlaq dan hidupnya.
Namun yang jadi masalah sekarang, pacarku yang malah mulai ragu. Dirinya berkata tetap saja dirinya tidak mau melukai perasaan bapakku, dan ia pun memikirkan "bagaimana dengan keluarganya bila mengetahui sebenarnya bapakku tidak setuju?" Dirinya pun mulai ragu apakah dirinya memang sanggup menjadi pemimpin keluarga nantinya? sedangkan dia merasa dirinya terkadang masih kurang dewasa, masih banyak yang ia ingin lakukan, dirinya "takut" tidak dapat menjadi pemimpin yang baik walaupun dia yakin dia bisa mengayomi diriku. Dirinya juga 'memikirkan' argument bapakku mengenai ketidaksetujuannya yang ia pikir pun masuk akal.
Sebenarnya, hal ini menjadi lebih menyakitkan buatku, dibandingkan ketidaksetujuan bapakku. Aku bertentangan dengan bapakku dan terbiasa tidak disetujuinya. Namun, menyadari seseorang yang kita sayang dan katanya sayang pada kita. Diriku ragu akan hubungan ini, akan terasa sakit dan menyedihkan. Pertanyaannya apakah ia layak aku pertahankan dan perjuangkan? Sebenarnya aku sempat mengajukan opsi putus dengannya, aku juga tidak mau berhubungan dengan ketidakjelasan arah. Namun, ia menolak opsi putus ini karena dia sayang padaku tapi juga berat untuk melanjutkannya dengan alasan-alasan di atas. Aku hanya bilang, "kalau memang berat untuk dirinya, ya kita putus saja." Namun kalau memang ingin melanjutkan, aku ingin ketegasan dan keyakinan untuk berjuang bersama. Lalu dirinya meminta waktu untuk memikirkan hal ini, akhirnya kami sepakat untuk "break", saling introspeksi dan berpikir apakah hubungan ini mau diteruskan / tidak. Aku juga tidak mau dia terpaksa menjalani hubungan ini, karena tidak mau putus denganku walaupun sebenarnya berat buat dirinya, aku pun terkadang tidak enak membuat dirinya merasa terbebani karena memang perjalanan bersama diriku sudah terlihat berat pada awalnya. Apakah hubungan ini dan dirinya masih layak diberi kesempatan untuk dipertahankan?
Shinta, Indonesia

Jawab:

KataCinta.Tk - Terimakasih kepada Shinta yang telah mau berbagi @KataCinta.Tk .

"Jalan Cinta ini tidaklah mudah, Tolong kuatkanlah aku Tuhan, Berikan aku jalan terindah"

 Memang, bertentangan dengan Orang Tua bukanlah perkara yang mudah. Karena kita harus menghadapi kenyataan akan kemungkinan tidak datangnya restu dari Orang Tua yang selama ini telah membesarkan & mendidik kita.

"Tapi ini Cinta, dan perasaan ini tulus, bahkan dia ingin serius untukku dan aku ingin serius untuknya. Rasa ini bukanlah permainan......."

Ya benar. Cinta tidak bisa bohong dan dipungkiri, dan tidak dapat dimainkan. 
Sebenarnya disini ada satu masalah besar yang jauh lebih rumit dari pada pertentangan yang datang dari ayah kamu. "Tapi, meragukan dirinya. Apakah dia siap? dalam waktu dekat kalau untuk menikah di usia muda." Ini dia masalahnya Meragukan Dirinya. Jelas dari awal dia sudah ragu dengan hubungan yang telah kalian bina. Jadi, kenapa dia ragu? Dia cowok, berpendidikan, memiliki pekerjaan. Namun sayangnya dia Tidak memiliki Komitmen. Padahal dalam membina sebuah hubungan Komitmen adalah faktor penting sebagai tonggak ukur berapa lama hubungan tersebut dapat berlangsung & seberapa kuat hubungan tersebut bertahan dari setiap cobaan yang datang.
Lihat saja buktinya!! Baru mendapat sedikit tentangan dari Orang Tuamu pun dia goyah, Tidak lagi Yakin akan cinta & sayangnya kepadamu. Bagaimana mungkin dia akan menjadi "Kepala Keluarga"? Bila baru datang cobaan seperti ini dia telah tumbang. Padahal, kehidupan berumah tangga, cobaan & godaan yang datang akan jauh lebih berat ketimbang ketidak setujuan ayahmu. Baik dari, sisi ekonomi, kejenuhan, emosi, perbedaan argumen, dering suara tetangga dan masih banyak lagi. Apa kamu yakin, dia sanggup menjadi pemimpin untukmu dan anan2mu??? Jawaban kami T.I.D.A.K
 Tapi ini bisa dirubah, asal dia mau berubah. Apalagi, ayahmu pun telah memberikan izin untuk kalian. Dan tidak hanya itu Ibumu pun mendukung hubungan kalian. Apa yang menghalangi hubungan kalian pun telah mulai berkurang. Kenapa dia malah down & ragu lagi???? sebenarnya alasan-alasan dia mulai tidak relevan untuk kami (Dirinya pun mulai ragu apakah dirinya memang sanggup menjadi pemimpin keluarga nantinya? sedangkan dia merasa dirinya terkadang masih kurang dewasa, masih banyak yang ia ingin lakukan, dirinya "takut" tidak dapat menjadi pemimpin yang baik walaupun dia yakin dia bisa mengayomi diriku. Dirinya juga 'memikirkan' argument bapakku mengenai ketidaksetujuannya yang ia pikir pun masuk akal.).
Kenapa kami bilang tidak relevan??? Karena apa yang menjadi penghalang kalian selama ini telah mulai berkurang. 
  • Kalau memang dia masih ingin melakukan banyak hal. Apa salahnya setelah pernikahan? Apakah pernikahan menghalanginya untuk melakukan banyak hal? Hal macam apa yang tidak bisa dilakukan setelah menikah??
  • Kalau dia ragu sanggup / tidak menjadi pemimpin keluarga yang baik, itu artinya dia telah gagal menjadi pemimpin yang baik, dan bukanlah calon yang baik untuk menjadi seorang pemimpin. Pemimpin, tidak boleh ragu, pemimpin harus memiliki komitmen. Dia telah kalah, karena dia takut mencobanya. Dan artinya dia tidak akan sanggup untuk memimpin keluarga yang nantinya akan kalian bina.
  • Kurang dewasa??? Dewasa bukan ditentukan dari umur. Tapi, dari kematangan pola berfikir. Jadi kenapa musti takut karena kurang dewasa?? Padahal, jelas kamu siap membantunya, memotivasinya dalam setiap kondisi. Apalagi yang ia cemaskan??? Kalian bukanlah anak2 berusia 10th.
  • Kenapa dia memikirkan argumen2 ayahmu??? Itu hanya akan jadi bumerang untuknya untuk membuyarkan cintanya untukmu.
Jadi intinya, cowok kamu ini butuh sekali motivasi yang kuat untuk dapat menjalani semua ini. Agar dia dapat meyakinkan dirinya untuk percaya & yakin menjalani hubungan kalian ini kejenjang Pernikahan.
Bagaimana caranya, sebenarnya kamu telah melakukan hal yang baik dengan memojokkannya. Atas keputusanmu yang mengajaknya putus. Kenapa begitu???
 
"Seseorang akan menunjukkan bagaimana kemampuan dia, seberapa kuat dia. Disaat dia terpojok...."

Apakah hubungan ini dan dirinya masih layak diberi kesempatan untuk dipertahankan?
Nah, kamu tunggu saja apa jawaban dia nantinya, lanjut / berhenti. Dan inilah mental dia, kalau dia jawab lanjut, cobalah lagi bersamanya. Tapi, Jangan langsung menikah, bertunanganlah, dan yakinkanlah dirimu dia tidak akan lagi berubah fikiran. Tidak perlu lama, bila kamu ingin cepat menikah dengannya. Setidaknya 3 bulan itu adalah waktu yang cukup untuk menguji seseorang. Sehingga kamu yakin & tidak menyesal dikemudian hari karena mendapatkan pasangan yang PLIN-PLAN.
 

Semoga bahagia................


*Salam Cinta, Echa & Very

Comments

  1. makasih banyak yah buat masukanya, sangat bermanfaat untuk saya dalam menentukan langkah selanjutnya...
    shinta

    ReplyDelete
  2. Sama2, Semoga advis dari kami ini dapat membantu kamu menyelesaikan / setidaknya dapat membantu kamu untuk lebih baik dalam menghadapi masalah cintamu ini.

    *Salam Cinta, Echa & Very

    ReplyDelete

Post a Comment

Terimakasih... Atas koment yang kamu berikan. Ini membantu sekali untuk memotivasi kami untuk lebih baik lagi.

Salam Cinta Tari & Very

Popular posts from this blog

Siscon (Sister Complex)

Mantan yang hadir kembali (fanspage talk's)